COOPERATIVE
PRINCIPLE
Cooperative
principle adalah bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Sebenarnya
hal ini menjelaskan apa dasar-dasar atau prinsip-prinsip dalam suatu interaksi
suatu individu dengan individu yang lain. Dalam suatu perbincangan atau
pembicaraan, si pembicara berasumsi bahwa si pendengar dapat bekerja sama dalam
berinteraksi agar mereka bisa mencapai target yang diinginkan dalam
perbincangan atau pembicaraan tersebut. Karena itulah, si pembicara berasumsi
bahwa si pendengar mempunyai basis ketentuan-ketentuan yang sama dengan si
pembicara.
Namun ada kalanya terjadi suatu kesalahan dalam
berkomunikasi atau berinteraksi dikarenakan beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut bisa saja karena perbedaan budaya dan pengalaman linguistik yang
berbeda antara si pembicara dan pendengar. Dan hal tersebut mengarah kepada
asumsi yang salah. Karena itulah diperlukan dasar-dasar dalam berinteraksi atau
berkomunikasi. Menurut Grice, dasar-dasar tersebut dibagi menjadi empat conversational maxims, diantaranya
adalah: quantity, quality, relation, dan
manner.
Quantity: maxim ini
adalah dimana suatu percakapan harus mengetahui batas maksimum dan minimum
suatu informasi untuk diucapkan.
Quality: maxim ini
adalah dimana suatu perkataan harus benar adanya dan tidak mengada-ada atau
salah, dan juga harus mempunyai bukti-bukti
Relation: maxim ini
adalah dimana suatu percakapan harus berkaitan dan saling berhubungan
Manner: maxim ini
adalah dimana suatu perkataan harus jelas, tidak boleh ambigu.
Menurut Grice dalam suatu percakapan para pembicara harus
mengikuti empat aturan-aturan yang ada diatas. Sebagai contoh yang diberikan
dalam buku Meaning in Interaction: an
Introduction to Pragmatics oleh Jenny Thomas, sebagai berikut:
Husband:
where are the car keys?
Wife:
they’re on the table in the hall
Dalam
percakapan diatas, sang istri menjawab pertanyaan suaminya dengan menggunakan
keempat aturan yang sebelumnya dijelaskan. Jawaban sang istri sesuai dengan
pertanyaan suami (relation), tidak lebih dan tidak kurang (quantity), jawabannya
juga jujur dan benar (quality), dan tidak ambigu (manner).
Dalam suatu percakapan atau pembicaraan, setiap individu
harus memerhatikan keempat maxim ini agar tidak ada kesalahan dalam
berkomunikasi. Namun, tidak jarang bahwa keempat aturan diatas dilanggar oleh
para pembicara. Hal tersebut disebut non-observance
of the maxims.
NON-OBSERVANCE
OF THE MAXIMS
Dalam berbicara
atau mengobrol dengan orang lain, setiap individu pasti melakukan
pelanggaran-pelanggaran maxim yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut
bisa terjadi karena beberapa hal. Menurut Grice, ada lima pelanggaran maxim,
diantaranya adalah flouting a maxim,
violating a maxim, infringing a maxim, opting out of a maxim, dan suspending a maxim.
o
FLOUTING A MAXIM
Flouting merupakan
salah satu pelanggaran maxim yang sangat sering terjadi dan mempunyai beberapa
kategori. Flouting sendiri merupakan
dimana sang pembicara secara terang-terangan gagal dalam menyampaikan sesuatu
kepada lawan bicaranya. Biasanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pun
disengaja oleh pembicara. Si pembicara justru menginginkan si pendengar untuk
mencari makna lain dari perkataannya tersebut, yang melanggar maxim. Flouting mempunyai beberapa kategori
yang lebih sempit yang akan dijelaskan dibawah ini.
I.
Flouts necessitated by a clash between
maxims
Pelanggaran maxim ini adalah dimana si
pembicara mengalami bentrokan antara dua maxim. Biasanya kedua maxim yang
bentrok dalam kasus ini adalah maxim quality dan quantity. Hal tersebut dapat
terjadi saat si pembicara tidak bisa menunjukan quality atau kebenaran dari apa yang ingin dia bicarakan, bisa
dikarenakan dia kekurangan bukti atau tidak yakin, lalu akhirnya terjadilah
pelanggaran maxim quantity, yang
mengakibatkan yang dikatakan oleh si pembicara menjadi tidak terlalu informatif
atau terlewat informatif.
II.
Flouts which exploit a maxim
Pelanggaran maxim berikut ini dibagi
menjadi empat, yaitu
1. Flouts
exploiting maxim of quality
Pelanggaran maxim ini adalah dima si
pembicara tidak mengatakan hal yang sebenarnya, dengan kata lain berbohong. Si
pembicara bisa saja mengatakan sesuatu yang sangat bertentangan atau kebalikan
dari si pembicara sebenarnya harus katakan. Selain itu, ada juga kasus dimana
si pembicara memperlihatkan bahwa dia tidak tertarik dalam pembicaraan yang
sedang berlangsung dengan mengatakan sesuatu yang sangat terbukti tidak mungkin
adanya.
2. Flouts
exploiting maxim of quantity
Pelanggaran maxim ini adalah dimana si
pembicara memberi informasi yang terlalu sedikit atau terlalu banyak daripada
yang sebenarnya dibutuhkan.
3. Flouts
exploiting maxim of relation
Pelanggaran maxim ini merupakan
pelanggaran dimana si pembicara mengatakan sesuatu yang tidak relevan atau
tidak berhubungan. Contoh dari pelanggaran ini adalah dimana si pembicara gagal
dalam menyampaikan jawaban atau respon yang diminta oleh lawan bicaranya. Si
pembicara tidak menjawab pertanyaan si penanya sesuai dengan pertanyaan dari si
penanya. Contoh lainnya adalah si pembicara dengan sengaja mengganti topik
pembicaraan dari lawan bicaranya.
4. Flouts
exploting the maxim of manner
Pelanggaran maxim ini adalah ketika si
pembicara mengatakan sesuatu yang ambigu. Respon atau jawaban yang ambigu dari
si pembicara membuat si pendengar harus menggali lebih dalam lagi apa maksud
sebenarnya dari pembicara. Lalu si pendengar bisa saja berasumsi yang sama
sekali berbeda dengan apa yang sebenarnya dimaksud oleh pembicara. Walaupun
terkadang pembicara tidak bermaksud hal tersebut terjadi.
III.
Violating a maxim
Pelanggaran maxim ini adalah ketika si
pembicara mengatakan sesuatu yang memang benar dan jujur, untuk menyembunyikan
kebohongannya atau sesuatu yang dia ingin sembunyikan. Yang pada akhirnya
menimbulkan kesalahpahaman dari pendengar yang mempercayai apa yang dikatakan
oleh pembicara.
IV.
Infringing a maxim
Pelanggaran maxim ini terjadi ketika
terdapat kesalahan-kesalahan dalam percakapan yang melanggar maxim dikarenakan
oleh si pembicara tidak berbahasa dengan sempurna, contohnya adalah jika si
pembicara merupakan anak yang masih kecil dan tidak bisa berbicara dengan
lancar. Contoh lainnya adalah ketika pembicara adalah orang asing dan tidak
menguasai bahasa yang sedang dipergunakan dalam percakapan. Selain itu,
penyebab lainnya adalah ketika pembicara sedang dalam kondisi yang tidak
stabil, seperti tegang, mabuk, shock, atau terlalu gembira. Atau mungkin
pelanggaran maxim ini terjadi karena si pembicara memang tidak bisa berbicara
dengan jelas.
V.
Opting out of a maxim
Pelanggaran maxim ini biasanya terjadi
ketika sedang berada didepan banyak orang. Pelanggaran maxim ini terjadi
dikarenakan pembicara tidak berkenan untuk memberikan informasi kepada lawan
bicaranya. Hal tersebut bisa disebabkan oleh informasi yang memang tidak etis
atau ilegal untuk dipublikasikan. Namun biasanya dalam kasus pelanggaran maxim
ini si pembicara tidak bermaksud untuk membuat pelanggaran. Contohnya adalah
polisi yang memang tidak boleh memberikan informasi tentang kasus kriminal.
Polisi tersebut tidak bermaksud untuk melakukan pelanggaran, tetapi untuk tidak
memberitahu informasi tersebut memang ilegal.
VI.
Suspending a maxim
Pelanggaran maxim ini terjadi ketika ada beberapa
kata atau kalimat yang tidak pantas atau taboo
untuk diucapkan. Biasanya hal ini terjadi dalam kasus penyebutan nama, tempat
atau suatu benda. Lalu kebudayaan, tempat, waktu, dan situasi juga berpengaruh
akan terjadinya pelanggaran maxim ini. Biasanya para pendengar pun tidak
mengharapkan pembicara untuk memperjelas apa sebenarnya yang pembicara maksud,
karena pendengar sudah mengetahui maksudnya. Untuk membuat lawan bicaranya
mengerti, si pembicara akan mencari kata ganti untuk kata-kata taboo tersebut.
ANALISIS
Saya menggunakan sebuah
film berjudul Something Borrowed untuk
analisis pelanggaran-pelanggaran maxim yang sering terjadi pada sebuah
percakapan. Berikut adalah beberapa contoh yang saya dapatkan dari film
tersebut
Contoh 1
Rachel adalah seorang perempuan berumur 30 tahun yang tidak
menyukai surprise party. Setting
percakapan ini bertempat pada sebuah pesta kejutan yang dibuat oleh teman
baiknya, Darcy. Lalu teman lelaki Rachel, Dex, menanyakan sesuatu pada Rachel
sesudah pesta usai.
Dex: do you have fun tonight?
Rachel: yes, I did.
Dalam percakapan ini Rachel berbohong pada Dex bahwa dia
senang dengan pestanya, padahal sebenarnya dia tidak menyukainya. Dalam kasus
ini, Rachel melakukan pelanggaran maxim quality,
karena dia mengatakan sesuatu yang sama sekali bertolak belakang dengan apa
yang dirasakannya.
Contoh 2
Situasinya adalah Darcy menelpon Rachel pada pagi hari
karena dia khawatir tunangannya, Dex tidak pulang setelah pesta Rachel semalam.
Sebenarnya Dex semalam bercinta dengan Rachel, atau dengan kata lain selingkuh
pada Rachel.
Darcy: don’t you think he’s cheating on
me?
Rachel: He loves you
Dalam percakapan ini Rachel melakukan pelanggaran violating a maxim. Dia mengatakan
sesuatu yang benar, untuk menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya. Karena
sesungguhnya Dex memang mencintai Darcy, tapi Dex selingkuh dengan Rachel.
Contoh 3
Situasinya masih keadaan yang sama dengan contoh 2
Darcy: did you see him last night at
the bar? Did you see him left the bar?
Rachel: yea he was with Marcus. They’re
watching a game
Darcy: a game? At 2 in the morning?
Rachel: it was something european. Oh
cricket maybe
Dalam percakapan ini Rachel melanggar maxim quality. Karena dia berbohong,
mengatakan sesuatu yang sangat bertolak belakang, karena kenyataannya Dex
bersamanya tadi malam, bukan dengan Marcus.
Contoh 4
Situasinya adalah teman Rachel, Ethan datang ke ruangan
kerja Rachel. Lalu, Ethan melihat ada sebuah karangan bunga mawar dari Dex
untuk Rachel.
Ethan: wow! Who’s the flowers from?
Rachel: emm...Marcus. should we go?
Ethan: oh really? It looks expensive. That
was him on the phone too, right?
Rachel: Should we go?
Disini Rachel melakukan dua pelanggaran sekaligus. Pertama
dia berbohong dan akhirnya melanggar maxim quality,
karena sesungguhnya mawar itu dari Dex bukan dari Marcus. Lalu yang kedua,
Rachel terus menerus mengganti topik pembicaraan dengan mengajak Ethan untuk
pergi keluar, dan hal tersebut melanggar maxim relation.
Contoh 5
Situasi ini adalah saat Darcy sedang menginap di apartemen
Rachel. Lalu ada yang menelpon Rachel jam 3 pagi.
Darcy: who’s calling at this ungodly
hour?
Rachel: .......
Darcy: Who is it?
Rachel: Ethan.
Darcy: oh my god! You’re having an
affair with Ethan?
Dalam percakapan ini Rachel kembali melanggar maxim quality. Dia berbohong pada Darcy,
sebenarnya yang menelpon adalah Dex. Namun tidak mungkin Rachel mengatakan hal
yang sebenarnya karena Dex adalah tunangan Darcy. Akhirnya kebohongan Rachel
membuat Darcy salah paham, dan mengira Rachel dan Ethan mempunyai hubungan
khusus.
Contoh 6
Situasinya adalah Darcy, Rachel, Dex, dan Ethan sedang
bermain bulu tangkis di pantai. Dan mereka mengadakan sebuah game dan
hukumannya.
Ethan: I got an idea. How about it’s us
versus you guys, but we’ll do a secret for every point.
Rachel: I think that things are getting
a tad competitive, so why don’t we just take it down a notch?
Percakapan ini adalah dimana Ethan sedang berusaha membanu
Rachel untuk mengungkapkan isi hatinya dan kenyataan bahwa dia mencintai Dex,
dengan game bulu tangkis tersebut. Namun, Rachel tidak ingin hal ini
terbongkar. Maka dari itu, Rachel sudah melakukan pelanggaran opting out of a maxim.
KESIMPULAN
Bahasa mempunyai
peranan penting dalam berkomunikasi. Namun dalam berkomunikasi kita tidak bisa
asal saja. Maka dari itulah, Grice membuat cooperative
principle dalam berkomunikasi atau percakapan. Menurutnya, dalam suatu
percakapan ada empat aturan atau maxim yang harus diperhatikan, yaitu quality, quantity, relation, dan manner. Tetapi tidak jarang keempat
maxim tersebut dilanggar baik sengaja ataupun tidak sengaja oleh pembicara.
Pelanggaran maxim sendiri pun dibagi menjadi lima, yaitu flouting a maxim, violating a maxim, infringing a maxim, opting out of
a maxim,dan suspending a maxim. Pelanggaran
maxim pastinya sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat
terbukti dari salah satu film yang saya analisis untuk tugas ini. Dalam satu
film saja saya bisa mendapatkan enam pelanggaran maxim. Maka saya yakin, setiap
individu pun dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami pelanggaran maxim.
Demikian yang dapat
saya sampaikan dalam paper ini untuk tugas akhir pragmatik. Tentunya dalam
paper ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan referensi dan
sumber. Namun saya tetap berharap bahwa paper ini dapat membantu saya
kedepannya untuk lebih sempurna dalam mengerjakan sebuah paper, dan tentunya
semoga ilmu yang saya tulis di paper ini dapat berguna untuk saya kedepannya
dan untuk orang lain. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Sumber:
Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to
Pragmatics. London and New York: Longman
Film Something Borrowed
Davies, Bethan. Grice’s Cooperative Principle: Getting the
Meaning Across. From: http://www.leeds.ac.uk/linguistics/WPL/WP2000/Davies.pdf
waahh bagus ini ,,, mksh mksh .
BalasHapusthank you so much. hari ini saya ujian semantics tentang maxim. wish me luck!
BalasHapusTerima kasih pnjelasannya. Sangat membantu sekali
BalasHapusThank you🙏⚘
BalasHapusWahh bener-bener luar biasa, terimakasih banyak artikelnya
BalasHapus