Jumat, 27 Januari 2012

Assignment: PRAGMATICS

this is my final paper for my pragmatics class in English Studies program 3rd semester. it is about cooperative principle and maxim. I'm so sorry it is brought by Bahasa Indonesia. at that time, I really not in the mood to write paper in English hehehe. so I hope my assignment can help :) please put me as your credit if you want to copy my task ;)



COOPERATIVE PRINCIPLE
            Cooperative principle adalah bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Sebenarnya hal ini menjelaskan apa dasar-dasar atau prinsip-prinsip dalam suatu interaksi suatu individu dengan individu yang lain. Dalam suatu perbincangan atau pembicaraan, si pembicara berasumsi bahwa si pendengar dapat bekerja sama dalam berinteraksi agar mereka bisa mencapai target yang diinginkan dalam perbincangan atau pembicaraan tersebut. Karena itulah, si pembicara berasumsi bahwa si pendengar mempunyai basis ketentuan-ketentuan yang sama dengan si pembicara.
            Namun ada kalanya terjadi suatu kesalahan dalam berkomunikasi atau berinteraksi dikarenakan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa saja karena perbedaan budaya dan pengalaman linguistik yang berbeda antara si pembicara dan pendengar. Dan hal tersebut mengarah kepada asumsi yang salah. Karena itulah diperlukan dasar-dasar dalam berinteraksi atau berkomunikasi. Menurut Grice, dasar-dasar tersebut dibagi menjadi empat conversational maxims, diantaranya adalah: quantity, quality, relation, dan manner.
Quantity: maxim ini adalah dimana suatu percakapan harus mengetahui batas maksimum dan minimum suatu informasi untuk diucapkan.
Quality: maxim ini adalah dimana suatu perkataan harus benar adanya dan tidak mengada-ada atau salah, dan juga harus mempunyai bukti-bukti
Relation: maxim ini adalah dimana suatu percakapan harus berkaitan dan saling berhubungan
Manner: maxim ini adalah dimana suatu perkataan harus jelas, tidak boleh ambigu.

            Menurut Grice dalam suatu percakapan para pembicara harus mengikuti empat aturan-aturan yang ada diatas. Sebagai contoh yang diberikan dalam buku Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics oleh Jenny Thomas, sebagai berikut:
Husband: where are the car keys?
Wife: they’re on the table in the hall

Dalam percakapan diatas, sang istri menjawab pertanyaan suaminya dengan menggunakan keempat aturan yang sebelumnya dijelaskan. Jawaban sang istri sesuai dengan pertanyaan suami (relation), tidak lebih dan tidak kurang (quantity), jawabannya juga jujur dan benar (quality), dan tidak ambigu (manner).
            Dalam suatu percakapan atau pembicaraan, setiap individu harus memerhatikan keempat maxim ini agar tidak ada kesalahan dalam berkomunikasi. Namun, tidak jarang bahwa keempat aturan diatas dilanggar oleh para pembicara. Hal tersebut disebut non-observance of the maxims.
 NON-OBSERVANCE OF THE MAXIMS
            Dalam berbicara atau mengobrol dengan orang lain, setiap individu pasti melakukan pelanggaran-pelanggaran maxim yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut bisa terjadi karena beberapa hal. Menurut Grice, ada lima pelanggaran maxim, diantaranya adalah flouting a maxim, violating a maxim, infringing a maxim, opting out of  a maxim, dan suspending a maxim.
o   FLOUTING A MAXIM
Flouting merupakan salah satu pelanggaran maxim yang sangat sering terjadi dan mempunyai beberapa kategori. Flouting sendiri merupakan dimana sang pembicara secara terang-terangan gagal dalam menyampaikan sesuatu kepada lawan bicaranya. Biasanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pun disengaja oleh pembicara. Si pembicara justru menginginkan si pendengar untuk mencari makna lain dari perkataannya tersebut, yang melanggar maxim. Flouting mempunyai beberapa kategori yang lebih sempit yang akan dijelaskan dibawah ini.
                               I.            Flouts necessitated by a clash between maxims
Pelanggaran maxim ini adalah dimana si pembicara mengalami bentrokan antara dua maxim. Biasanya kedua maxim yang bentrok dalam kasus ini adalah maxim quality dan quantity. Hal tersebut dapat terjadi saat si pembicara tidak bisa menunjukan quality atau kebenaran dari apa yang ingin dia bicarakan, bisa dikarenakan dia kekurangan bukti atau tidak yakin, lalu akhirnya terjadilah pelanggaran maxim quantity, yang mengakibatkan yang dikatakan oleh si pembicara menjadi tidak terlalu informatif atau terlewat informatif.
                            II.            Flouts which exploit a maxim
Pelanggaran maxim berikut ini dibagi menjadi empat, yaitu
1.      Flouts exploiting maxim of quality
Pelanggaran maxim ini adalah dima si pembicara tidak mengatakan hal yang sebenarnya, dengan kata lain berbohong. Si pembicara bisa saja mengatakan sesuatu yang sangat bertentangan atau kebalikan dari si pembicara sebenarnya harus katakan. Selain itu, ada juga kasus dimana si pembicara memperlihatkan bahwa dia tidak tertarik dalam pembicaraan yang sedang berlangsung dengan mengatakan sesuatu yang sangat terbukti tidak mungkin adanya.
2.      Flouts exploiting maxim of quantity
Pelanggaran maxim ini adalah dimana si pembicara memberi informasi yang terlalu sedikit atau terlalu banyak daripada yang sebenarnya dibutuhkan.
3.      Flouts exploiting maxim of relation
Pelanggaran maxim ini merupakan pelanggaran dimana si pembicara mengatakan sesuatu yang tidak relevan atau tidak berhubungan. Contoh dari pelanggaran ini adalah dimana si pembicara gagal dalam menyampaikan jawaban atau respon yang diminta oleh lawan bicaranya. Si pembicara tidak menjawab pertanyaan si penanya sesuai dengan pertanyaan dari si penanya. Contoh lainnya adalah si pembicara dengan sengaja mengganti topik pembicaraan dari lawan bicaranya.
4.      Flouts exploting the maxim of manner
Pelanggaran maxim ini adalah ketika si pembicara mengatakan sesuatu yang ambigu. Respon atau jawaban yang ambigu dari si pembicara membuat si pendengar harus menggali lebih dalam lagi apa maksud sebenarnya dari pembicara. Lalu si pendengar bisa saja berasumsi yang sama sekali berbeda dengan apa yang sebenarnya dimaksud oleh pembicara. Walaupun terkadang pembicara tidak bermaksud hal tersebut terjadi.
                         III.            Violating a maxim
Pelanggaran maxim ini adalah ketika si pembicara mengatakan sesuatu yang memang benar dan jujur, untuk menyembunyikan kebohongannya atau sesuatu yang dia ingin sembunyikan. Yang pada akhirnya menimbulkan kesalahpahaman dari pendengar yang mempercayai apa yang dikatakan oleh pembicara.


                         IV.            Infringing a maxim
Pelanggaran maxim ini terjadi ketika terdapat kesalahan-kesalahan dalam percakapan yang melanggar maxim dikarenakan oleh si pembicara tidak berbahasa dengan sempurna, contohnya adalah jika si pembicara merupakan anak yang masih kecil dan tidak bisa berbicara dengan lancar. Contoh lainnya adalah ketika pembicara adalah orang asing dan tidak menguasai bahasa yang sedang dipergunakan dalam percakapan. Selain itu, penyebab lainnya adalah ketika pembicara sedang dalam kondisi yang tidak stabil, seperti tegang, mabuk, shock, atau terlalu gembira. Atau mungkin pelanggaran maxim ini terjadi karena si pembicara memang tidak bisa berbicara dengan jelas.
                            V.            Opting out of a maxim
Pelanggaran maxim ini biasanya terjadi ketika sedang berada didepan banyak orang. Pelanggaran maxim ini terjadi dikarenakan pembicara tidak berkenan untuk memberikan informasi kepada lawan bicaranya. Hal tersebut bisa disebabkan oleh informasi yang memang tidak etis atau ilegal untuk dipublikasikan. Namun biasanya dalam kasus pelanggaran maxim ini si pembicara tidak bermaksud untuk membuat pelanggaran. Contohnya adalah polisi yang memang tidak boleh memberikan informasi tentang kasus kriminal. Polisi tersebut tidak bermaksud untuk melakukan pelanggaran, tetapi untuk tidak memberitahu informasi tersebut memang ilegal.
                         VI.            Suspending a maxim
Pelanggaran maxim ini terjadi ketika ada beberapa kata atau kalimat yang tidak pantas atau taboo untuk diucapkan. Biasanya hal ini terjadi dalam kasus penyebutan nama, tempat atau suatu benda. Lalu kebudayaan, tempat, waktu, dan situasi juga berpengaruh akan terjadinya pelanggaran maxim ini. Biasanya para pendengar pun tidak mengharapkan pembicara untuk memperjelas apa sebenarnya yang pembicara maksud, karena pendengar sudah mengetahui maksudnya. Untuk membuat lawan bicaranya mengerti, si pembicara akan mencari kata ganti untuk kata-kata taboo tersebut.
           


ANALISIS
Saya menggunakan sebuah film berjudul Something Borrowed untuk analisis pelanggaran-pelanggaran maxim yang sering terjadi pada sebuah percakapan. Berikut adalah beberapa contoh yang saya dapatkan dari film tersebut
Contoh 1
Rachel adalah seorang perempuan berumur 30 tahun yang tidak menyukai surprise party. Setting percakapan ini bertempat pada sebuah pesta kejutan yang dibuat oleh teman baiknya, Darcy. Lalu teman lelaki Rachel, Dex, menanyakan sesuatu pada Rachel sesudah pesta usai.
Dex: do you have fun tonight?
Rachel: yes, I did.
Dalam percakapan ini Rachel berbohong pada Dex bahwa dia senang dengan pestanya, padahal sebenarnya dia tidak menyukainya. Dalam kasus ini, Rachel melakukan pelanggaran maxim quality, karena dia mengatakan sesuatu yang sama sekali bertolak belakang dengan apa yang dirasakannya.
Contoh 2
Situasinya adalah Darcy menelpon Rachel pada pagi hari karena dia khawatir tunangannya, Dex tidak pulang setelah pesta Rachel semalam. Sebenarnya Dex semalam bercinta dengan Rachel, atau dengan kata lain selingkuh pada Rachel.
Darcy: don’t you think he’s cheating on me?
Rachel: He loves you
Dalam percakapan ini Rachel melakukan pelanggaran violating a maxim. Dia mengatakan sesuatu yang benar, untuk menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya. Karena sesungguhnya Dex memang mencintai Darcy, tapi Dex selingkuh dengan Rachel.
Contoh 3
Situasinya masih keadaan yang sama dengan contoh 2
Darcy: did you see him last night at the bar? Did you see him left the bar?
Rachel: yea he was with Marcus. They’re watching a game
Darcy: a game? At 2 in the morning?
Rachel: it was something european. Oh cricket maybe
Dalam percakapan ini Rachel melanggar maxim quality. Karena dia berbohong, mengatakan sesuatu yang sangat bertolak belakang, karena kenyataannya Dex bersamanya tadi malam, bukan dengan Marcus.
Contoh 4
Situasinya adalah teman Rachel, Ethan datang ke ruangan kerja Rachel. Lalu, Ethan melihat ada sebuah karangan bunga mawar dari Dex untuk Rachel.
Ethan: wow! Who’s the flowers from?
Rachel: emm...Marcus. should we go?
Ethan: oh really? It looks expensive. That was him on the phone too, right?
Rachel: Should we go?
Disini Rachel melakukan dua pelanggaran sekaligus. Pertama dia berbohong dan akhirnya melanggar maxim quality, karena sesungguhnya mawar itu dari Dex bukan dari Marcus. Lalu yang kedua, Rachel terus menerus mengganti topik pembicaraan dengan mengajak Ethan untuk pergi keluar, dan hal tersebut melanggar maxim relation.
Contoh 5
Situasi ini adalah saat Darcy sedang menginap di apartemen Rachel. Lalu ada yang menelpon Rachel jam 3 pagi.
Darcy: who’s calling at this ungodly hour?
Rachel: .......
Darcy: Who is it?
Rachel: Ethan.
Darcy: oh my god! You’re having an affair with Ethan?
Dalam percakapan ini Rachel kembali melanggar maxim quality. Dia berbohong pada Darcy, sebenarnya yang menelpon adalah Dex. Namun tidak mungkin Rachel mengatakan hal yang sebenarnya karena Dex adalah tunangan Darcy. Akhirnya kebohongan Rachel membuat Darcy salah paham, dan mengira Rachel dan Ethan mempunyai hubungan khusus.
Contoh 6
Situasinya adalah Darcy, Rachel, Dex, dan Ethan sedang bermain bulu tangkis di pantai. Dan mereka mengadakan sebuah game dan hukumannya.
Ethan: I got an idea. How about it’s us versus you guys, but we’ll do a secret for every point.
Rachel: I think that things are getting a tad competitive, so why don’t we just take it down a notch?
Percakapan ini adalah dimana Ethan sedang berusaha membanu Rachel untuk mengungkapkan isi hatinya dan kenyataan bahwa dia mencintai Dex, dengan game bulu tangkis tersebut. Namun, Rachel tidak ingin hal ini terbongkar. Maka dari itu, Rachel sudah melakukan pelanggaran opting out of a maxim.
KESIMPULAN
Bahasa mempunyai peranan penting dalam berkomunikasi. Namun dalam berkomunikasi kita tidak bisa asal saja. Maka dari itulah, Grice membuat cooperative principle dalam berkomunikasi atau percakapan. Menurutnya, dalam suatu percakapan ada empat aturan atau maxim yang harus diperhatikan, yaitu quality, quantity, relation, dan manner. Tetapi tidak jarang keempat maxim tersebut dilanggar baik sengaja ataupun tidak sengaja oleh pembicara. Pelanggaran maxim sendiri pun dibagi menjadi lima, yaitu flouting a maxim, violating a maxim, infringing a maxim, opting out of a maxim,dan suspending a maxim. Pelanggaran maxim pastinya sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat terbukti dari salah satu film yang saya analisis untuk tugas ini. Dalam satu film saja saya bisa mendapatkan enam pelanggaran maxim. Maka saya yakin, setiap individu pun dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami pelanggaran maxim.
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam paper ini untuk tugas akhir pragmatik. Tentunya dalam paper ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan referensi dan sumber. Namun saya tetap berharap bahwa paper ini dapat membantu saya kedepannya untuk lebih sempurna dalam mengerjakan sebuah paper, dan tentunya semoga ilmu yang saya tulis di paper ini dapat berguna untuk saya kedepannya dan untuk orang lain. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.




Sumber:
Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. London and New York: Longman
Film Something Borrowed
Davies, Bethan. Grice’s Cooperative Principle: Getting the Meaning Across.  From: http://www.leeds.ac.uk/linguistics/WPL/WP2000/Davies.pdf

5 komentar:

  1. waahh bagus ini ,,, mksh mksh .

    BalasHapus
  2. thank you so much. hari ini saya ujian semantics tentang maxim. wish me luck!

    BalasHapus
  3. Terima kasih pnjelasannya. Sangat membantu sekali

    BalasHapus
  4. Wahh bener-bener luar biasa, terimakasih banyak artikelnya

    BalasHapus